Kerbau dan Kambing
Seekor
kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara
memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan
kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun
saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada
di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan
itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut
dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa
oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku
sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua
mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.
==========================================================================================
Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang
lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari
semak-semak di dekat mereka.
Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."
Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.
==========================================================================================
==========================================================================
==========================================================================
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.
==========================================================================================
Anjing dan Bayangannya
Seekor
anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari
pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia
melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan
melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu.
Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain
membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah
==========================================================================================
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah
==========================================================================================
Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang
Salah satu pengembara, hanya memikirkan
keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah
pohon yang berada dekat dengannya.
Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat
besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring
diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa
beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."
Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.
==========================================================================================
Si Pelit
Seorang
yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang
dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia
mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu
untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering
melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat
menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam,
dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan
membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
==========================================================================
Keledai dan Garam Muatannya
Seorang
pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang
dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah
mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir
dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut.
Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta
muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang
dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai.
Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang
dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika
mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.
Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.
Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.
Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.
Dua Ekor Kambing
Dua
ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di
sebuah pegunungan yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara
bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air
sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan
jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan
jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara
bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor
kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling
berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak
merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan
mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada
kambing lainnya.
Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar